A. Pengertian Pergaulan
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk
sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial
yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai
pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu.
Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik
pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang
positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna
melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu
lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari,
terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja
ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan
dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum
tahu apakah itu baik atau tidak.
B. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih
luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas
karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa
atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anakMenurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita
dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah
Darajat (1990: 23) remaja adalah: masa peralihan diantara masa
kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan
dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka
bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja
(adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas
tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa
remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks,
Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian,
yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun,
masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21
tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah
Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah
masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang
usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat
rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan
kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan
kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi
dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil
guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan
selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam
perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses
dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.
Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia
baligh. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran
usia antara 11-19 tahun. Adapula yang mengatakan antara usia 11-24
tahun. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan)
dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau
lagi diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat sebagian
anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis
(kejiwaan), dan mentalnya belum menjukkan tanda-tanda dewasa. Pada masa
ini (masa remaja), manusia banyak mengalami perubahan yang sangat
fundamental dalam kehidupan baik perubahan fisik dan psikis (kejiwaan
dan mental). (Menurut Abdul, hal : 2, 2009).
C. Pengertian Pergaulan Bebas
Pergaulan
bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab
manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan
orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan
(interpersonal relationship).
Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan,
sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi
dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi
pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma
hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau
secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi
aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan
menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini.
Pergaulan bebas juga dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan
seseorang dari pergaulan yang benar , pergaulan bebas diidentikan
sebagai bentuk dari pergaulan luar batas atau bisa juga disebut
pergaulan liar.
D. Faktor Penyebab Pergaulan Bebas
Ada beberapa faktor – dan masih ada juga faktor yg lain – yang banyak
mempengaruhi terjadinya pergaulan buruk dari kalangan anak-anak muda,
yakni:
1. Faktor Orang Tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.System
komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di
berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi anak-anak kita.Budaya hidup
kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih remaja
dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tuadalam era ini, dapat
kita sebutkan antara lain:
* Faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat
anak-anak yang merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam
urusan orang muda. Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua,
termasuk dalam menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang
tua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha
mengatasinya.
* Faktor kekurang pedulian Orang tua kurang perduli terhadap pergaulan
muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah
urusan anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah
terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala
sesuatu sudah terlambat
* Faktor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para
orang tua yang kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa
sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan
anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya
mereka tidak perduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus
mereka perbuat.
2. Faktor agama dan iman.
Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa
agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan
hidup. Agama dan keimanan juga dapat membentuk kepribadian individu.
Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya
tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.
3. Perubahan Zaman
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau
yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih
tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan
kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang
lebih bebas.
E. Dampak Pergaulan Bebas
Dampak pergaulan bebas dapat kita lihat seperti tingginya kasus penyakit
Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya
akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia
termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah
pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA)
yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman
hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional
mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75%
terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin
memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga
Pebruari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia
produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang,
usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun
185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa,
cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara
remaja. Oleh sebab itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi
kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi
sangat penting.
“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi
model pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan
peranserta individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami
masalah kesehatan reproduksi”.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan
kabupaten dan satu kota di Bali berlangsung selama empat hari.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok
masyarakat agar aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai
hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap tahunnya peningkatan kasus
aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di media
massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika
hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan
berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah
hilang nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging
dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap
pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan
pelepasan tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi.
Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi
lokal Indonesia, tapi sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup
kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International
Conference on Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ;
penderitaan kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris
(51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri
(28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati
hubungan seksual (59%).
Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin
dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah).
Abortus terbagi dua;
Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak
sengaja. penyebabnya, kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat
aktivitas yang berlebihan, pola makan yang salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja
maksudnya adalah bahwa seorang wanita hamil sengaja menggugurkan
kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau dengan bantuan orang lain
karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari
segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga
memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang
wanita.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini
adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat
memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada
remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan;
jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala
risikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk
memberikan pendidikan, pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan
berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran
akan hal sex tersebut.
F. Solusi (Pencegahan) Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas memang sangat meresahkan, tidak hanya orang tua saja,
tetapi masyarakat pun juga dibuatnya resah. Hal ini dapat dikurangi
bahkan dapat dicegah dengan cara – cara berikut :
1. Pentingnya kasih saying dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan apapun.
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap
seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di
hadapan orang tuannya dia akan bersikap baik dan patuh, tetapi setelah
dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya sebagai
pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu
yang tidak diajarkan orang tuannya.
3. Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya
beda 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan
apabila seorang anak bergaul dengan teman yang tidak sebaya yang
hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa terpengaruh gaya hidupnya yang
mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4. Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone, dan lain-lain.
5. Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu
memilih dan membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
SUMBER:http://www.kapanlagie.tk/2013/02/dampak-dan-pengaruh-pergaulan-bebas.html